"astaghfirullah,memalukan,inikah partai dakwah,dakwah porno?dl pks skrg gk respek lg"
Komen diatas dari seseorang yang memberi comment di akun facebook ane. Apa jawaban ane? sebagai kader ecek-ecek alias kelas teri yang hidup di dusun alias grass root, yang menyadari betapa kecilnya peran diri ini dibanding para qiyadah dengan segudang amanah, inilah yang ane jawab:
Inikah partai dakwah? YA. 100% KAMI TAK PERNAH SANGSI. Kok ada yg berbuat begitu? Husnudzon di awal, itu perintah Allah dan tuntunan Nabi. Kalo memang terbukti? hukum yg akan bicara. Apa ada orang yang tidak pernah berbuat salah?
Menodai partai dakwah? KALO TERBUKTI, noda itu tinggal dibersihkan. Kalo tdk bisa dibersihkan? diamputasi (pecat). Dan tanpa gembar-gembor, PKS sudah banyak menjatuhkan sangsi kepada kader-kadernya yang terbukti melanggar AD/ART dan etika.
Memalukan kami? TIDAK. Tapi sbg pembelajaran bg kami, YA! Kenapa harus malu u/ mengakui dan bertobat KALO ITU TERBUKTI SALAH? Hanya iblis yang sombong untuk mengakui kekeliruan diri.
Gara2 begini kami jadi berhenti? TIDAK. TAKKAN PERNAH. Krn dakwah ini tidak ditentukan satu dua orang. Bahkan seandainya semua meninggalkan arena dakwah, kami tlah ber'azam takkan pernah meninggalkan jalan dakwah ini. Kami berdakwah bukan u/ berharap puja puji atau takut dicaci. Allah-lah tujuan kami. Kalo ada yg bersalah diantara kami, Allah pula sudah memberi guide: BERTOBAT dan dimaafkan atau KALO TDK MAU BERTOBAT sungguh azab Allah sangat pedih hanya dibanding caci maki!
Mungkin komen ane ini ada yang akan mengomentari: "kasihan kader lapisan bawah yang ikhlas berjuang dan tsiqoh pada qiyadah, tapi qiyadahnya sudah pada menyimpang, hidup bergelimang dunia". Saya akan katakan: "Kasihinilah dirimu sendiri, yang hidup bergelimang prasangka dan dusta. Kasihinilah dirimu sendiri, yang lebih memilih menyendiri diterkam srigala dibanding teguh dalam jamaah penuh berkah, kasihinlah dirimu sendiri yang tiada henti sibuk mengorek orang lain tapi melupakan aib diri sendiri".
Hasbunallah wani'mal wakil... kami yakin semua sudah dalam skenario Allah, tak ada satupun yang kebetulan semata. Cukuplah Allah bagi kami... dari PKS Piyungan
Komen diatas dari seseorang yang memberi comment di akun facebook ane. Apa jawaban ane? sebagai kader ecek-ecek alias kelas teri yang hidup di dusun alias grass root, yang menyadari betapa kecilnya peran diri ini dibanding para qiyadah dengan segudang amanah, inilah yang ane jawab:
Inikah partai dakwah? YA. 100% KAMI TAK PERNAH SANGSI. Kok ada yg berbuat begitu? Husnudzon di awal, itu perintah Allah dan tuntunan Nabi. Kalo memang terbukti? hukum yg akan bicara. Apa ada orang yang tidak pernah berbuat salah?
Menodai partai dakwah? KALO TERBUKTI, noda itu tinggal dibersihkan. Kalo tdk bisa dibersihkan? diamputasi (pecat). Dan tanpa gembar-gembor, PKS sudah banyak menjatuhkan sangsi kepada kader-kadernya yang terbukti melanggar AD/ART dan etika.
Memalukan kami? TIDAK. Tapi sbg pembelajaran bg kami, YA! Kenapa harus malu u/ mengakui dan bertobat KALO ITU TERBUKTI SALAH? Hanya iblis yang sombong untuk mengakui kekeliruan diri.
Gara2 begini kami jadi berhenti? TIDAK. TAKKAN PERNAH. Krn dakwah ini tidak ditentukan satu dua orang. Bahkan seandainya semua meninggalkan arena dakwah, kami tlah ber'azam takkan pernah meninggalkan jalan dakwah ini. Kami berdakwah bukan u/ berharap puja puji atau takut dicaci. Allah-lah tujuan kami. Kalo ada yg bersalah diantara kami, Allah pula sudah memberi guide: BERTOBAT dan dimaafkan atau KALO TDK MAU BERTOBAT sungguh azab Allah sangat pedih hanya dibanding caci maki!
Mungkin komen ane ini ada yang akan mengomentari: "kasihan kader lapisan bawah yang ikhlas berjuang dan tsiqoh pada qiyadah, tapi qiyadahnya sudah pada menyimpang, hidup bergelimang dunia". Saya akan katakan: "Kasihinilah dirimu sendiri, yang hidup bergelimang prasangka dan dusta. Kasihinilah dirimu sendiri, yang lebih memilih menyendiri diterkam srigala dibanding teguh dalam jamaah penuh berkah, kasihinlah dirimu sendiri yang tiada henti sibuk mengorek orang lain tapi melupakan aib diri sendiri".
Hasbunallah wani'mal wakil... kami yakin semua sudah dalam skenario Allah, tak ada satupun yang kebetulan semata. Cukuplah Allah bagi kami... dari PKS Piyungan
Articles / Tarbiyah Islamiyah
Date: Jul 10, 2006 - 08:00 PM
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu `anhu- ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: '. dan tidak ada satu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan melakukan kajian terhadapnya diantara sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka sakinah, mereka akan diliputi rahmat, majlis mereka akan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebut mereka di tengah orang-orang yang ada di sisi-Nya .'" (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Ruhaniyyaat Al-Halaqah
Oleh : Musyaffa' Ahmad Rahim, Lc.
Mungkin judul ini terasa aneh. Sebab, biasanya, ruhâniyyât, atau spiritualitas, terkait dengan individu, dan tidak dikaitkan dengan kelompok, group, halaqah, klub pengajian dan semacamnya.
Kesan individualitas spiritual itu bisa jadi karena dua hal, yaitu :
• Adanya doktrin yang menekankan bahwa agama, termasuk di dalamnya masalah spiritualitas, adalah sesuatu yang bersifat private (pribadi).
• Bahwa spiritualitas itu memiliki hubungan erat dengan ibadah, dan ibadah "sudah kadung (terlanjur)" difahami sebagai tanggung jawab pribadi. Wallâhu a'lâm.
Sebenarnya, masalah ruhâniyyât atau spiritualitas, dalam Al-Qur'ân Al-Karîm, sering sekali dibahasakan secara jamâ`î (kolektif), hal ini tampak jelas misalnya dalam surat Al-Fâtihah. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa jama` (plural), misalnya: iyyâka na`budu wa iyyâka nastaîn, ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm (hanya kepada-Mu - ya Allah - kami mengabdi, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus).
Ruhâniyyât halaqah atau dan semacamnya memiliki kedudukan sangat penting, sebab, jika hal ini hilang, maka halaqah atau akan menjadi kering dan kehilangan keberkahannya. Akibat selanjutnya sangat banyak dan beragam, diantaranya adalah hayawiyyah (dinamika), efektifitas dan produktiftas halaqah atau menjadi kerdil atau mandul.
Lalu, seperti apakah ruhâniyyât halaqah ini?
Ada banyak dalil yang menjelaskan hal ini, diantaranya adalah dua hadits nabi Muhammad SAW yang akan kita bahas ini, yaitu:
Pertama:
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu `anhu- ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: '. dan tidak ada satu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan melakukan kajian terhadapnya diantara sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka sakinah, mereka akan diliputi rahmat, majlis mereka akan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebut mereka di tengah orang-orang yang ada di sisi-Nya .'" (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Ruhâniyyât yang harus dipenuhi adalah:
• Sekelompok orang berkumpul (halaqah, klub dan semacamnya)
• Berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid, mushalla, langgar, surau dan semacamnya).
• Tilawah Al-Qur'ân (membaca Al-Qur'ân).
• Melakukan kajian terhadap Al-Qur'ân.
Jika keempat hal ruhâniyyât ini terpenuhi, maka akan membawa dampak (keberkahan) sebagai berikut:
• Sakînah (ketenangan, ketenteraman) akan turun kepada mereka.
• Rahmat Allah SWT akan turun kepada mereka, bahkan menyelimuti dan memenuhi majlis mereka.
• Majlis mereka akan dikelilingi oleh para malaikat.
• Nama-nama mereka akan disebut-sebut di sisi Allah SWT.
Kita perlu introspeksi, adakah selama ini kita merasakan dampak (baca: keberkahan-keberkahan) seperti ini?
Jika ya, alhamdulillâh. Jika tidak, maka kita perlu mengaca diri, adakah empat syarat yang disebutkan oleh hadits nabi di atas ada pada halaqah atau kita?
Kalaulah syarat masjid belum bisa kita penuhi pada setiap liqâât kita, maka, setidaknya, setiap pekan ada majlis ilmu di masjid yang mesti kita hadiri, agar dalam pekan itu, kita mendapatkan keberkahan-keberkahannya. Atau minimal, kita tidak kehilangan tiga (3) syarat lainnya.
Atau, hilangnya dampak (baca: keberkahan) halaqah atau kita disebabkan oleh agenda yang ada dalam setiap liqâât kita, dimana pada agenda-agenda kita tidak ada lagi suasana tilawah (kecuali sekedar pembuka, atau "sambil menunggu" yang belum hadir), tidak ada lagi suasana kajian terhadap kitab Allah?! Dan sudah sudah didominasi oleh suasana lain?! Marilah kita berintrospeksi!
Kedua:
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abû Umâmah Al-Bâhilî -radhiyallâhu `anhu- ia berkata: Di sisi Rasulullah SAW disebutlah dua orang; salah satunya seorang ahli ibadah, dan seorang lagi seorang `âlim, lalu Rasulullah SAW bersabda: "Kelebihan seorang `âlim atas seorang ahli ibadah adalah seperti kelebihan saya atas orang paling rendah di antara kalian", kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat-Nya, seluruh penghuni langit dan bumi, termasuk semut di dalam lubangnya, dan ikan di lautan, semuanya membacakan shalawat untuk pengajar kebajikan kepada manusia". (H.R. Al-Tirmidzî, dan ia berkata: "Ini adalah hadits hasan gharîb shahîh)[1].
Ruhâniyyât yang harus dipenuhi oleh hadits ini adalah:
• Berilmu (`âlim). Tentunya, yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu-ilmu yang diwariskan Rasulullah SAW, yaitu ilmu al-kitâb (Al-Qur'ân) dan al-hikmah (sunnah Rasulullah SAW), dan tentunya, termasuk segala ilmu yang bersumber kepada dua ilmu warisan Rasulullah SAW.
• Mengajar, sebagaimana peran yang dulu dilakukan Rasulullah SAW.
• Yang diajarkan adalah segala kebajikan, baik kebajikan duniawi, apa lagi ukhrawi.
Dampak (baca: keberkahan) yang terjadi adalah:
• Allah SWT membacakan shalawat untuknya.
• Para malaikat membacakan shalawat untuknya.
• Termasuk seluruh penghuni langit dan bumi.
• Termasuk semut yang ada di dalam lubangnya.
• Termasuk ikan yang ada di dalam lautan.
Jika selama ini kita tidak (belum) merasakan semua keberkahan ini, bisa jadi karena suasana ilmiah tidak terjadi di dalam halaqah kita.
Semoga kita semua segera bisa membenahi suasana halaqah kita, agar segala keberkahannya bisa kita dapatkan, amin.
( YP | PIPPKS-ANZ | www.pks-anz.org )
Date: Jul 10, 2006 - 08:00 PM
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu `anhu- ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: '. dan tidak ada satu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan melakukan kajian terhadapnya diantara sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka sakinah, mereka akan diliputi rahmat, majlis mereka akan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebut mereka di tengah orang-orang yang ada di sisi-Nya .'" (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Ruhaniyyaat Al-Halaqah
Oleh : Musyaffa' Ahmad Rahim, Lc.
Mungkin judul ini terasa aneh. Sebab, biasanya, ruhâniyyât, atau spiritualitas, terkait dengan individu, dan tidak dikaitkan dengan kelompok, group, halaqah, klub pengajian dan semacamnya.
Kesan individualitas spiritual itu bisa jadi karena dua hal, yaitu :
• Adanya doktrin yang menekankan bahwa agama, termasuk di dalamnya masalah spiritualitas, adalah sesuatu yang bersifat private (pribadi).
• Bahwa spiritualitas itu memiliki hubungan erat dengan ibadah, dan ibadah "sudah kadung (terlanjur)" difahami sebagai tanggung jawab pribadi. Wallâhu a'lâm.
Sebenarnya, masalah ruhâniyyât atau spiritualitas, dalam Al-Qur'ân Al-Karîm, sering sekali dibahasakan secara jamâ`î (kolektif), hal ini tampak jelas misalnya dalam surat Al-Fâtihah. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa jama` (plural), misalnya: iyyâka na`budu wa iyyâka nastaîn, ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm (hanya kepada-Mu - ya Allah - kami mengabdi, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus).
Ruhâniyyât halaqah atau dan semacamnya memiliki kedudukan sangat penting, sebab, jika hal ini hilang, maka halaqah atau akan menjadi kering dan kehilangan keberkahannya. Akibat selanjutnya sangat banyak dan beragam, diantaranya adalah hayawiyyah (dinamika), efektifitas dan produktiftas halaqah atau menjadi kerdil atau mandul.
Lalu, seperti apakah ruhâniyyât halaqah ini?
Ada banyak dalil yang menjelaskan hal ini, diantaranya adalah dua hadits nabi Muhammad SAW yang akan kita bahas ini, yaitu:
Pertama:
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu `anhu- ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: '. dan tidak ada satu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan melakukan kajian terhadapnya diantara sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka sakinah, mereka akan diliputi rahmat, majlis mereka akan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebut mereka di tengah orang-orang yang ada di sisi-Nya .'" (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Ruhâniyyât yang harus dipenuhi adalah:
• Sekelompok orang berkumpul (halaqah, klub dan semacamnya)
• Berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid, mushalla, langgar, surau dan semacamnya).
• Tilawah Al-Qur'ân (membaca Al-Qur'ân).
• Melakukan kajian terhadap Al-Qur'ân.
Jika keempat hal ruhâniyyât ini terpenuhi, maka akan membawa dampak (keberkahan) sebagai berikut:
• Sakînah (ketenangan, ketenteraman) akan turun kepada mereka.
• Rahmat Allah SWT akan turun kepada mereka, bahkan menyelimuti dan memenuhi majlis mereka.
• Majlis mereka akan dikelilingi oleh para malaikat.
• Nama-nama mereka akan disebut-sebut di sisi Allah SWT.
Kita perlu introspeksi, adakah selama ini kita merasakan dampak (baca: keberkahan-keberkahan) seperti ini?
Jika ya, alhamdulillâh. Jika tidak, maka kita perlu mengaca diri, adakah empat syarat yang disebutkan oleh hadits nabi di atas ada pada halaqah atau kita?
Kalaulah syarat masjid belum bisa kita penuhi pada setiap liqâât kita, maka, setidaknya, setiap pekan ada majlis ilmu di masjid yang mesti kita hadiri, agar dalam pekan itu, kita mendapatkan keberkahan-keberkahannya. Atau minimal, kita tidak kehilangan tiga (3) syarat lainnya.
Atau, hilangnya dampak (baca: keberkahan) halaqah atau kita disebabkan oleh agenda yang ada dalam setiap liqâât kita, dimana pada agenda-agenda kita tidak ada lagi suasana tilawah (kecuali sekedar pembuka, atau "sambil menunggu" yang belum hadir), tidak ada lagi suasana kajian terhadap kitab Allah?! Dan sudah sudah didominasi oleh suasana lain?! Marilah kita berintrospeksi!
Kedua:
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abû Umâmah Al-Bâhilî -radhiyallâhu `anhu- ia berkata: Di sisi Rasulullah SAW disebutlah dua orang; salah satunya seorang ahli ibadah, dan seorang lagi seorang `âlim, lalu Rasulullah SAW bersabda: "Kelebihan seorang `âlim atas seorang ahli ibadah adalah seperti kelebihan saya atas orang paling rendah di antara kalian", kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat-Nya, seluruh penghuni langit dan bumi, termasuk semut di dalam lubangnya, dan ikan di lautan, semuanya membacakan shalawat untuk pengajar kebajikan kepada manusia". (H.R. Al-Tirmidzî, dan ia berkata: "Ini adalah hadits hasan gharîb shahîh)[1].
Ruhâniyyât yang harus dipenuhi oleh hadits ini adalah:
• Berilmu (`âlim). Tentunya, yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu-ilmu yang diwariskan Rasulullah SAW, yaitu ilmu al-kitâb (Al-Qur'ân) dan al-hikmah (sunnah Rasulullah SAW), dan tentunya, termasuk segala ilmu yang bersumber kepada dua ilmu warisan Rasulullah SAW.
• Mengajar, sebagaimana peran yang dulu dilakukan Rasulullah SAW.
• Yang diajarkan adalah segala kebajikan, baik kebajikan duniawi, apa lagi ukhrawi.
Dampak (baca: keberkahan) yang terjadi adalah:
• Allah SWT membacakan shalawat untuknya.
• Para malaikat membacakan shalawat untuknya.
• Termasuk seluruh penghuni langit dan bumi.
• Termasuk semut yang ada di dalam lubangnya.
• Termasuk ikan yang ada di dalam lautan.
Jika selama ini kita tidak (belum) merasakan semua keberkahan ini, bisa jadi karena suasana ilmiah tidak terjadi di dalam halaqah kita.
Semoga kita semua segera bisa membenahi suasana halaqah kita, agar segala keberkahannya bisa kita dapatkan, amin.
( YP | PIPPKS-ANZ | www.pks-anz.org )
Oleh: PIPPK Jerman Selatan
Pendahuluan
Kesucian jiwa merupakan modal utama untuk bisa menghadap Allah, yang ini merupakan satu harapan terbesar bagi setiap muslim. Dengan sebuah panggilan yang indah Allah menyeru kepada hambanya yang suci untuk dikumpulkan dalam sebuah golongan, sebagaimana di sebutkan dalam surat Al-Fajr, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang pusa lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al-Fajr, 89:27-30).
Pensucian jiwa menjadi sedemikian penting karena sifat jiwa manusia sendiri sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam Asy-Syams(9):8-10, “Fa alhamaha fujuroha wa taqwaaha ...”. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa ada sebuah gumpalan daging, yang baik buruknya gumpalan daging itu mempengaruhi keseluruhan kebaikan tubuh itu itulah hati.
Untuk mempersiapkan hamba-hambaNya yang ingin meraih derjad tinggi, Allah mengutus rasul-rasulnya sebagai pembaca ayat-ayatNya, pensuci jiwa serta pengajar kitab-kitab dan hikmah.(2:151). Kesadaran inilah yang juga dirasakan oleh nabiyullah Ibrahim ketika beliau berdoa setelah selesai membangun baitullah. “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepda mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (2:129).
Ada beberapa jalan untuk mensucikan jiwa, antara lain shalat, puasa, infaq, haji dzikrullah. Dalam kesemptan ini insya Allah kita akan membahas shalat sebagai salah satu sarana.
Sarana Pensucian Jiwa
Shalat merupakan salah satu induk sarana tazkiyatun nafs. Dalam shalat terkandung sujud, berdiri, duduk, rukuk yang semuanya akan memberangus kesombongan diri pada jiwa kita. Al-Ankabut 25 disebutkan bahwa Shalat mencegah dari perbuatan munkar dan keji. Tentu saja ada syaratnya agar shalat bisa berbuah seperti yang dijanjikan oleh Allah, yaitu menegakkan semua syarat dan rukun baik yang lahiriah maupun batin. Rukun yang lahir : Berwudhu, berpakaian seperti yang disyariatkan, bertakbir, ruku' sujud dll., sedang rukun yang batin adalah kekhusyu'an. Saat ini rupanya masih banyak muslim yang melakukan shalat hanya secara dhahir saja. Bagaimana dengan kekhusyu'an itu sendiri ? "Awwalu 'ilmin yurfa'u minal ardh al khusyuu'" riwayat Thabrani dengan sanad hasan, yang maksudnya “Ilmu yang pertama kali diturunkan diatas bumi adalah kekhusyu'an”. Padahal Allah mengatakan dalam Al-Mu'minuun 1-2, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya”.
Menghadirkan Hati dan Kekhusyu'an
1. Kehadiran hati, Berkonsentrasi dengan benar-benar dan tidak memikirkan yang lain kecuali shalat itu sendiri. Untuk menghadirkan hati ini jalan satu-satunya adalah dengan memperhatikan shalat secara seksama (penuh perhatian). Bandingkan ketika kita menuju tempat ujian. Apa yang kita pikirkan sepanjang hari sebelum ujian?
2. Tafahhum (Kepahaman), Kepahaman di sini tidak mesti berarti mengerti bahasa Arab 100%. Tetapi suatu pemusatan perhatian terhadap apa yang kita baca dan menolak pikiran-pikiran liar yang mengganggu. Pemahaman yang halus akan hadir ketika hati kita tentram dalam shalat (lihat poin 1)
3. Ta'dhim (Rasa hormat), Ini muncul ketika kita punya dua pengenalan yang baik. Yaitu pengenalan tentang Allah (keagungannya, kekuasaanya), dan yang kedua kenal akan kelemahan diri kita sendiri. Bayangkan bagaimana perasaan anda ketika anda menghormati seseorang.
4. Haibah (Rasa takut yang bersumber dari rasa hormat). Rasa ini hadir ketika kita mengenal Allah dengan lebih mendalam. Kita senantiasa memikirkan siksaanya, cobaannya. Coba kita tanyakan pada diri kita masing-masing, apa daya kita kalau Allah mendatangkan siksaanya kepada kita? Na'udzu billahi min dzalik.
5. Raja' (Pengharapan), Dengan ini kita mengharapkan balasan Allah atas shalat kita. Allahlah yang maha pemurah, penyayang , penghapus dosa.
6. Haya' (Rasa malu), merupakan tambahan dari semua yang di atas. Mengapa, karena kita ini hanyalah makhluk yang penuh kekurangan. Rasa malu ini tentu akan bertambah tatkala kita tahu keburukan-keburukan kita yang terpendam dan kita sadar bahwa Allah tahu akan semuanya itu.
Dalam Al-An'am 132 Allah berfirman “Setiap yang diperoleh manusia itu sesuai dengan apa yang diusahakannya”.
Terapi Kekhusyu'an
Tentu saja kekhusyu'an ini tidak hadir begitu saja tanpa usaha. Salah satunya adalah terapi ketika kita dilalaikan dari kekhusyu'an ini. Banyak sekali yang telah dicontohkan oleh Rasullah dan para shahabat sehingga mereka bisa meraih kedudukan yang demikian tinggi di sisiAllah.
1. Ketika datang pikiran-pikiran /lintasan yang memalingkan dia dari shalat maka usahakan untuk mengusirnya dan sadarlah bahwa anda sedang shalat.
2. Berusaha untuk mencari sebab-sebab luar yang bisa menyebabkan mereka lalai dalam shalat. Rasulullah bersabda kepad Utsman bin Thalhah : "Sesungguhnya aku lupa mengatakan kepadamu agar menutup panci yang ada di rumah, karena di dalam rumah tidak boleh ada sesuatu yang mengganggu shalat seseorang" (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
3. Menggunakan hukuman bagi diri sendiri. Harus ada self discipline dalam hal Shalat. Ingat kisah Abu Thalhah dengan kebunnya yang mengganggu dia ketika shalat.
4. Selalu bermujahadah (berusaha sekuat mungkin) Banyak ulama-ulama besar yang mengaku tidak mampu untuk menghadirkan hatinya dalam dua rakaat shalat yang mereka lakukan. Bagaimana dengan kita?
Sumber: Intisari Ihya' Ulumuddin Al-Ghazali, oleh Sa'id Hawwa.
Pendahuluan
Kesucian jiwa merupakan modal utama untuk bisa menghadap Allah, yang ini merupakan satu harapan terbesar bagi setiap muslim. Dengan sebuah panggilan yang indah Allah menyeru kepada hambanya yang suci untuk dikumpulkan dalam sebuah golongan, sebagaimana di sebutkan dalam surat Al-Fajr, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang pusa lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al-Fajr, 89:27-30).
Pensucian jiwa menjadi sedemikian penting karena sifat jiwa manusia sendiri sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam Asy-Syams(9):8-10, “Fa alhamaha fujuroha wa taqwaaha ...”. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa ada sebuah gumpalan daging, yang baik buruknya gumpalan daging itu mempengaruhi keseluruhan kebaikan tubuh itu itulah hati.
Untuk mempersiapkan hamba-hambaNya yang ingin meraih derjad tinggi, Allah mengutus rasul-rasulnya sebagai pembaca ayat-ayatNya, pensuci jiwa serta pengajar kitab-kitab dan hikmah.(2:151). Kesadaran inilah yang juga dirasakan oleh nabiyullah Ibrahim ketika beliau berdoa setelah selesai membangun baitullah. “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepda mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (2:129).
Ada beberapa jalan untuk mensucikan jiwa, antara lain shalat, puasa, infaq, haji dzikrullah. Dalam kesemptan ini insya Allah kita akan membahas shalat sebagai salah satu sarana.
Sarana Pensucian Jiwa
Shalat merupakan salah satu induk sarana tazkiyatun nafs. Dalam shalat terkandung sujud, berdiri, duduk, rukuk yang semuanya akan memberangus kesombongan diri pada jiwa kita. Al-Ankabut 25 disebutkan bahwa Shalat mencegah dari perbuatan munkar dan keji. Tentu saja ada syaratnya agar shalat bisa berbuah seperti yang dijanjikan oleh Allah, yaitu menegakkan semua syarat dan rukun baik yang lahiriah maupun batin. Rukun yang lahir : Berwudhu, berpakaian seperti yang disyariatkan, bertakbir, ruku' sujud dll., sedang rukun yang batin adalah kekhusyu'an. Saat ini rupanya masih banyak muslim yang melakukan shalat hanya secara dhahir saja. Bagaimana dengan kekhusyu'an itu sendiri ? "Awwalu 'ilmin yurfa'u minal ardh al khusyuu'" riwayat Thabrani dengan sanad hasan, yang maksudnya “Ilmu yang pertama kali diturunkan diatas bumi adalah kekhusyu'an”. Padahal Allah mengatakan dalam Al-Mu'minuun 1-2, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya”.
Menghadirkan Hati dan Kekhusyu'an
1. Kehadiran hati, Berkonsentrasi dengan benar-benar dan tidak memikirkan yang lain kecuali shalat itu sendiri. Untuk menghadirkan hati ini jalan satu-satunya adalah dengan memperhatikan shalat secara seksama (penuh perhatian). Bandingkan ketika kita menuju tempat ujian. Apa yang kita pikirkan sepanjang hari sebelum ujian?
2. Tafahhum (Kepahaman), Kepahaman di sini tidak mesti berarti mengerti bahasa Arab 100%. Tetapi suatu pemusatan perhatian terhadap apa yang kita baca dan menolak pikiran-pikiran liar yang mengganggu. Pemahaman yang halus akan hadir ketika hati kita tentram dalam shalat (lihat poin 1)
3. Ta'dhim (Rasa hormat), Ini muncul ketika kita punya dua pengenalan yang baik. Yaitu pengenalan tentang Allah (keagungannya, kekuasaanya), dan yang kedua kenal akan kelemahan diri kita sendiri. Bayangkan bagaimana perasaan anda ketika anda menghormati seseorang.
4. Haibah (Rasa takut yang bersumber dari rasa hormat). Rasa ini hadir ketika kita mengenal Allah dengan lebih mendalam. Kita senantiasa memikirkan siksaanya, cobaannya. Coba kita tanyakan pada diri kita masing-masing, apa daya kita kalau Allah mendatangkan siksaanya kepada kita? Na'udzu billahi min dzalik.
5. Raja' (Pengharapan), Dengan ini kita mengharapkan balasan Allah atas shalat kita. Allahlah yang maha pemurah, penyayang , penghapus dosa.
6. Haya' (Rasa malu), merupakan tambahan dari semua yang di atas. Mengapa, karena kita ini hanyalah makhluk yang penuh kekurangan. Rasa malu ini tentu akan bertambah tatkala kita tahu keburukan-keburukan kita yang terpendam dan kita sadar bahwa Allah tahu akan semuanya itu.
Dalam Al-An'am 132 Allah berfirman “Setiap yang diperoleh manusia itu sesuai dengan apa yang diusahakannya”.
Terapi Kekhusyu'an
Tentu saja kekhusyu'an ini tidak hadir begitu saja tanpa usaha. Salah satunya adalah terapi ketika kita dilalaikan dari kekhusyu'an ini. Banyak sekali yang telah dicontohkan oleh Rasullah dan para shahabat sehingga mereka bisa meraih kedudukan yang demikian tinggi di sisiAllah.
1. Ketika datang pikiran-pikiran /lintasan yang memalingkan dia dari shalat maka usahakan untuk mengusirnya dan sadarlah bahwa anda sedang shalat.
2. Berusaha untuk mencari sebab-sebab luar yang bisa menyebabkan mereka lalai dalam shalat. Rasulullah bersabda kepad Utsman bin Thalhah : "Sesungguhnya aku lupa mengatakan kepadamu agar menutup panci yang ada di rumah, karena di dalam rumah tidak boleh ada sesuatu yang mengganggu shalat seseorang" (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
3. Menggunakan hukuman bagi diri sendiri. Harus ada self discipline dalam hal Shalat. Ingat kisah Abu Thalhah dengan kebunnya yang mengganggu dia ketika shalat.
4. Selalu bermujahadah (berusaha sekuat mungkin) Banyak ulama-ulama besar yang mengaku tidak mampu untuk menghadirkan hatinya dalam dua rakaat shalat yang mereka lakukan. Bagaimana dengan kita?
Sumber: Intisari Ihya' Ulumuddin Al-Ghazali, oleh Sa'id Hawwa.
Oleh : Arie Alfikri*Awal tahun 2009 perhatian dunia internasional ditujukan kepada Negeri Palestina. Israel sebagai Negara tetangga Palestina mulai melancarkan serangan terhadapa wilayah Gaza. Tujuan dari serangan Israel ini adalah untuk melumpuhkan Hamas yang mempunyai basis wilayah di Gaza. Hamas dianggap sebagai penghalang bagi Israel untuk mencapai tujuannya. Hamas selalu memberikan resistensi terhadap Israel. Ketika terjadi peperangan antara Hamas dan Israel tersebut, banyak yang bertanya siapa itu Hamas. Penjelasan di bawah ini mencoba memenuhi hajat itu walaupun masih sangat sederhana.
Hamas yang akronim dari Harakah al-Muqawwama al-Islamiyah atau Gerakan Perlawanan Islam didirikan pada 14 Desember 1987. Organisasi ini merupakan pengembangan dari Ikhwanul Muslimin yang berpusat di Mesir. Hamas didirikan sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap organisasi-organisasi perlawanan Palestina yang lebih dahulu dalam menghadapi Israel. Mereka dinilai lembek dan cenderung kompromistis. Fatah, misalnya, membuka dialog dengan Israel. Oleh karena itu, Hamas didirikan dengan tujuan utama memberikan perlawanan kepada Israel dan membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan Israel. Hamas menginginkan wilayah yang dulu masuk dalam Mandat Inggris, yakni wilayah yang kini menjadi Negara Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Tujuan pendirian Hamas dicantumkan di aktanya: “mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi Palestina”.
Salah satu pendiri Hamas adalah Syaikh Ahmad Yassin. Seorang guru kelahiran 1 Januari 1929. Ia berpijak ke Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan al-Banna pada 1928 di Mesir. Syaikh Ahmad Yassin yang lulusan al-Azhar syahid dibunuh Israel pada tanggal 22 Maret 2004.
Kelahiran Hamas ini diprakarsai oleh para tokoh Ikhwan yang berjumlah 7 orang. Mereka mengadakan pertemuan di wilayah Gaza setelah kejadian truk 6 Desember 1987 yang kemudian menghasilkan Hamas. Ketujuh orang pendiri Hamas itu adalah Syeikh Ahmad Yasin, DR. Ibrahim al Bazuri, Muhammad Syam’ah (perwakilan di kota Gaza), Abdul Fatah Dakhon (Perwakilan Wilayah Tengah), DR. Abdul Aziz ar Rantisi (Perwakilan Khan Yunus), Isa an Nasyar (perwakilan kota Rafah), Shalah Syahadah (Perwakilan Wilayah Utara).
Gerakan Hamas ini membuat panik pendudukan Israel sehingga pada tahun 1988 mereka melakukan banyak penangkapan dan pengusiran tidak terkecuali para pendiri gerakan kecuali Syeikh Ahmad Yasin yang baru dipenjarakan pada tahun 1989. Berbagai penangkapan terhadap para pemimpin Hamas di level pertama terus dilakukan namun itu semua tidak menghentikan regenerasi kepemimpinan dalam tubuh Hamas hingga sampai level kelima. Penangkapan-penangkapan yang dilakukan Israel itu tidak mampu menghentikan gerakan.
Hamas adalah sebuah gerakan jihad, da’wah dan politik. Ia berdiri di atas Syumuliyatul Islam (Universalitas Islam) yang mencakup semua aspek kehidupan. Hal itu dibuktikan dengan masuknya Hamas ke medan politik dan ikut serta dalam Pemilu. Selain itu Hamas juga memiliki memiliki yayasan-yayasan social dan pendidikan. Adapun struktur Hamas terbagi menjadi 4 sayap yang saling terpisah :
Sayap Mobilisasi Massa.
Sayap Keamanan (dahulu bernama MAJD) yang dibentuk pada tahun 1983
Sayap Militer (Batalyon Asy Syahid Izzuddin Al Qossam), sebelumnya bernama “Mujahidu Filistiniyin” atau “Al Mujahiduun”
Sayap Politik
Hamas berkeyakinan bahwa peperangan dengan Israel di Palestina adalah peperangan eksistensi yang tidak mungkin dihentikan kecuali setelah berbagai penyebabnya dilenyapkan yaitu pendudukan Israel di bumi Palestina dan perampasan tanah serta pengusiran penduduknya.
Walaupun diberi cap sebagai teroris oleh AS, Israel, dan sejumlah negara Barat, Hamas mendapat dukungan rakyat Palestina karena strategi perjuangannya. Kemenangan Hamas dalam pemilu 25 Januari 2006 merupakan bukti bahwa mereka memiliki pijakan kuat di tengah masyarakat. Hamas meraih 76 dari 132 kursi di parlemen yang diperebutkan dan Fatah 43 kursi. Sisanya direbut partai-partai kecil lainnya, seperti Partai Jalan Tengah, Palestina Independen, dan Badil masing-masing merebut dua kursi, sementara PFLP meraih tiga kursi, sedangkan empat kursi sisanya jatuh ke partai independen lainnya.
Hamas memiliki tiga strategi untuk mendukung tercapainya tujuan perjuangan. Pertama, aktivitas kesejahteraan sosial-ekonomi bagi rakyat untuk membangun dukungan dari rakyat. Kedua, aktivitas politik untuk menandingi PLO yang sekuler dan Otoritas Palestina. Ketiga, melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel, termasuk dengan bom bunuh diri (syahid). Dengan mengembangkan ketiga strategi itu, mereka mampu meraih simpati dan dukungan rakyat Palestina dalam pemilu. Karya sosial dan kemasyarakatan mereka di tengah masyarakat Palestina merupakan salah satu daya pemikat dukungan rakyat. Lewat jaringan organisasi yang luas seperti kalangan ulama, mahasiswa, intelektual, organisasi kemasyarakatan lainnya, mereka mendapatkan dukungan dan legitimasi rakyat.
Ada gap lebar antara Fatah dan Hamas dalam orientasi dan pandangan politik. Dalam melawan Israel, Fatah menolak perlawanan bersenjata dengan pimpinan Abbas, mengejek penggunaan roket lokal, masuk dalam kompromi longgar dalam masalah Al-Quds, kembalinya pengungsi ke kampung halaman mereka di wilayah 48, diam terhadap tembok rasial, tidak mengefektifkan keputusan Mahkamah Internasional, mendorong Mesir untuk memasukkan pasukannya ke Jalur Gaza, menghentikan pemerintahan Hamas di sana, menghabisi gerakan Hamas di Tepi Barat, mempromosikan kerjasama keamanan dengan Israel, mendapatkan dana dari UE dan sebagian negara Arab. Di tengah itu semua, Hamas berpegang teguh dengan semua wilayah Palestina, hak kembali pengungsi Palestina, perlawanan bersenjata, menolak mengakui Israel.
*Mahasiswa Ilmu Politik (konsentrasi Hubungan Internasional) UMJ
Riwayat dan Konsep DasarM. Anis Matta, Lc adalah salah seorang politisi muda Indonesia. Saat ini ia aktif di Partai Keadilan Sejahtera sebagai Sekretaris Jendral (sekjen). Selain itu ia menjabat sebagai wakil ketua DPR RI periode 2009-2014..
Anis Matta bisa dikatakan sebagai pemikir politik. Pemikiran politik Anis bisa kita telusuri pada buku-buku yang ia tulis. Diantaranya Model Manusia Muslim Abad 21 (2002), Menikmati Demokrasi (200), Menuju Cahaya (2006), Arsitek Peradaban (2006), dan dari Gerakan ke Negara (2006)
Anis Matta lahir di Bone Sulawesi Selatan, 7 Dsesember 1968. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Welado, Bone, lalu melanjutkan ke Pesantren Muhammadiyah Darul Arqom Gombara hingga selesai 1986. Lulus dari Gombara ia hijrah ke Jakarta dan menyekesaikan kuliah di Fakultas Syariah LIPIA.
Anis Matta adalah seseorang yang mempunyai privasi tinggi, tapi tetap mempunyai kontribusi yang besar. Konsekuensi dari prinsipnya ini adalah banyak yang tidak tahu siapa Anis Matta. Akan tetapi, bagi orang-orang pergerakan Islam di Indonesia nama Anis Matta tidak asing lagi. Sebab ia cukup produktif menuliskan gagasan-gagasannya di media massa pergerakan Islam seperti Inthilaq, Hidayatullah, dan Tarbawi.
Nama Anis Matta muncul ke publik setelah PKS menetapkan ia sebagai salah satu capres dari delapan kandidat yang dicalonkan PKS untuk Pilpres 2009. Bahkan diasumsikan bahwa Anis Matta mempunyai peran lebih dalam maneuver-manuver politik PKS akhir-akhir ini. Seperti ide mukernas di Bali menjadi partai terbuka, isu kebangkitan nasional, capres balita, dan iklan politik rekonsiliasi nasional yang menuai kontroversi.
Mempunyai latar belakang pendidikan syariah, membuat pemikiran politik Anis banyak bersumbar dari Al-Quran, Hadits, dan Sejarah Islam. Pemikiran Anis Matta identik dengan Gerakan Tarbiyah yang terinspirasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Timur Tengah. Menurut Anis, gerakan ini hanyalah bahan dasar untuk merekonstruksi Negara Madinah. Untuk mewujudkan hal itu ada 4 tahapan yang harus dilewati.
1. Mihwar Tanzhimi
Tahapan membangun organisasi yang kuat dan solid sebagai kekuatan utama yang mengoperasikan dakwah. Intesitas kaderisasi manjadi suatru hal yang mutlak.
2. Mihwar Sya’bi
Tahapan membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah . Yang ingin dicapai pada tahap ini adalah terbentuknya opini publik yang islami, struktur budaya dan adab-adab sosial yang islami serta dominasi figur dan tokoh Islam dalam masyarakat.
3. Mihwar Muassasi
Tahapan membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan dakwah di seluruh sektor kehidupan dan di seluruh segmen masyarakat. Pada era ini Gerakan Tarbiyah bermetamorfosis menjadi PK.
4. Mihwar Dauli
Era dakwah harus sampai pada tingkat institusi negara. Institusi negara dibutuhkan untuk merealisasikan secara legal dan kuat seluruh kehendak Allah SWT atas kehidupan masyarakat.
Analisis Pemikiran Anis Matta
Menurut Anis untuk merekonstruksi Negara madinah dibutuhkan 4 tahapan yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam hal ini, negara adalah sarana, bukan tujuan. Negara merupakan institusi terkuat dan terbesar dalam masyarakat. Ibnul Qayyim pernah berkata kebenaran harus punya negara karena kebatilan pun punya negara.
Anis tidak mempermasalahkan bentuk negara (apakah berbentuk khilafah, dinasti, atau negara bangasa) dan sistem pemerintahan (apakah parlementer, presidensial, atau monarki sekalipun). Yang penting apakah negara teersebut dapt berperan sebagai instrumen penegak syariah Allah atau tidak. Negara bukanlah akhir, tapi justru merupakan awal dari sebuah peradaban.
Negara Madinah yang dicita-citakan Anis terinspirasi dari Sejarah Nabi Muhammad (Sirah Nabawiyah). Ketika di Mekah, Rasulullah membangun gerakan dengan pondasi tauhid yang kokoh. Selama 13 tahun di Mekah Rasulullah melakukan penetrasi sosial yang sangat sistematis; dimana Islam “memanusia” dan kemudian “memasyarakat”. Sewaktu hijrah ke Madinah gerakan ini telah berkembang menjadi sebuah negara.
Apa yang dilakukan Rasulullah sebenarnya relatif mirip dengan apa yang dilakukan para pemimpin politik yang baru mendirikan Negara. Ada 4 hal yang dilakukan Rasulullah ketika mulai membangun negara di Madinah :
Membangun infrastruktur negara dengan masjid sebagai simbol dan perangkat utamanya
Menciptakan kohesi sosial melalui persaudaraan antar komunitas darah yang berbeda tetapi menyatu sebagai komunitas agama
Membuat nota kesepakatan untuk hidup bersama dengan komunitas lain yang berbeda. Madinah adalah sebuah masayarakat plural yang mendiami wilayah yang sama. Nota kesepakatan ini terkenal dengan nama piagam Madinah.
Merancang sistem pertahanan Negara melalui konsep jihad fi sabilillah.
Fungsi Negara menurut Anis adalah sebagai instrumen penegak syariah. Syariah itu sesungguhnya merupakan sistem kehidupan yang integral, sempurna dan universal. Syariat itu bersifat given. Wahyu dari langit yang harus diterapkan oleh negara sebagai institusi.
Islam tidak memberikan batasan tertentu tentang bentuk dan sstem pemerintahan negara. Bentuk boleh berubah tapi fungsi tetap sama. Institusi yang mewadahi penerapan syariah Allah swt. Bentuk dan sistem pemerintahan negara dalam sejarah Islam telah mengalami berbagai perubahan. Dari sistem khilafah, kerajaan, dan sekarang berbentuk negara bangsa. Anis berpendapat, efektifitas sebuah negara bukanlah ditentukan oleh bentuk dan sistem pemerintahannya, tapi terutama ditentukan oleh suprasturkturnya yaitu manusia.
Merupakan sebuah kesalahan kalau kita menyederhanakan makna Negara Islam dengan membatasinya hanya denagan pelaksaaan hukum pidana dan perdata, serta etika sosial politik lainnya. Menurut Anis, persepsi ini membuat Negara Islam lebih berciri moral daripada ciri lainnya. Yang perlu ditegaskan adalah syariah Allah itu bertujuan memberikan kebahagiaan kepada manusia secara sempurna. Tujuan hidup yang jelas yaitu ibadah untuk mendapat ridha Allah, rasa aman, dan kesejahteraan hidup.
Penerapan syariah Islam menurut Anis haruslah menjadikan Islam sebagai referensi utama sekaligus penguasa mayoritas. Islam menjadi roh yang mewarnai konstitusi negara dengan segala derivasi (penjabaran) hukumnya dan harus mempunyai kekuatan eksekusi. Penerapan syariat Islam bukanlah sebuah proses perundang-undangan an sich. Ia merupakan suatu proses yang menyeluruh yang menandai terjadinya peralihan besar-besaran pada struktur ideology, budaya, dan kekuasaan dalam sebauah masyarakat.
Oleh karena itu Anis memberikan 9 syarat kesiapan menuju penerapan syariat Islam yang paripurna.
Adanya komitmen dan kekuatan aqidah pada sebagaian besar kalanagan kaum muslimin
Supremasi pemikiran Islam di tengah masayarakat hingga muncul kepercayaan umum
Sebaran kultural yang luas dan tersimbolkan dengan tampilan-tampilan budaya seperti pakaian, produk kesenian, etika sosial, dan istilah.
Keterampilan akademis yang andal untuk mentransformasikan ajaran Islam ke dalam format konstitusi, UU, dan derivasi hukum lainnya.
Kompetensi eksekusi yang kuat melalui kelompok tenaga leadership dan memiliki kemampuan teknis untuk menegelola negara.
Kemandirian material yang memungkinjkan bangsa kita tetap survive ketika menghadapi isolasi atau embargo.
Kapasitas pertahanan yang tangguh dari tantangan eksternal
Koneksi internasional yang memungkinkan bangsa untuk tetap eksis dalam hubungan internasional
Tuntutan politik yang ditandai dengan adanya partai-partai politik bersama publik yang secara resmi meminta penerapan syariat Islam di tingkat konstitusi.
Untuk mewujudkan idealisme penerapan syariat Islam, Anis Matta sadar bahwa itu bukanlah suatu hal yang mudah. Terdapat jarak yang jauh antara harapan dan realitas. Dibutuhkan perjuangan yang panjang. Dan tugas gerakan Islam dalah mendekatkan jarak yang jauh itu.
Anis menilai masalahnya ada pada manusianya. Risalah agung ini tidak lagi dibawa oleh manusia-manusia agung. Keindahan Islam terhijab oleh kaum muslimin itu sendiri. Oleh karena itu manusia ini harus direkonstruksi ulang agar ia terbentuk sedemikian rupa. Manusia muslim harus direkonstruksi dalam tiga tahapan :
Afiliasi
Memeperbarui afiliasi manusia kepada islam sebab keislaman kaum muslimin saat ini lebih banyak ditentukan oleh warisan lingkungan sosial.
Partisipasi
Setiap individu muslim harus dibawa ke dalam komunitas muslim yang besar dan menjadi bagian dari masayarakat. Manusia ini turut berpartisipasi membantu masyarakat tersebut.
Kontribusi
Pastikan setiap orang yang berpartisipasi mencapai tingkat paling optimal dalam memberikan kontribusi kepada Islam. Manfaatkan keunikan-keunikan individual dari setiap manusia muslim.
Selain tiga langkah peradaban di atas Anis juga merekomendasikan perjuangan kebangkitan Islam melalui sarana jamaah. Jamaah adalah alat yang diberikan Islam bagi umatnya untuk menghimpun potensi manusia muslim. Maka, meskipun ada banyak jamaah, itu tetap lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Imam Ali pernah berkata kekeruhan jamaah jauh lebih baik dari pada kejernihan individu. Kecerdasan individu tidak pernah dapat mengalahkan kecerdasan kolektif. Melalui jamaah kerja dakwah lebih efisien, efektif, dan produktif.
Pengaruh Pemikiran Politik Anis Matta terhadap Politik Indonesia Kontemporer
Pemikiran dan aktifitas politik Anis Matta tidak bisa dipisahkan dengan kiprah gerakan tarbiyah. Karena pemikiran politik Anis diimplementasikan dalam kerangka oraganisasi tersebut. Gerakan tarbiyah di Indonesia telah berumur lebih dari 20 tahun. Ali Said Damanik menyatakan gerakan ini muncul sebagai respon dari sistem politik orde baru yang represif terhadap Islam. Sedangkan Eep Saefullah Fatah berpendapat bahwa Gerakan Tarbiyah ini muncul sebagai akibat dari ekses pendidikan politik orde baru yang tertutup dan menimbulkan banyak kekecewaan.
Gerakan Tarbiyah berkembang melaui kegiatan taklim dan halaqah. Semulanya taklim dan halaqah hanya marak di sekolah dan kampus. Sekaerang tarbiyah bermunculan di kantor, pabrik, masjid, organisasi, dan berbagai perkumpulan yang ada di tengah-tengan masyarakat. Fenomena itu terus berkembang sehingga menjadi arus besar yang ikut menentukan gerak perubahan di negeri ini. Momentum reformasi dimanfaatkan Gerakan Tarbiyah dengan mentransformasikan diri menjadi partai politik yang bernama Partai Keadilan (PK)
Pada pemilu 1999, PK hanya mendapatkan 7 kursi di DPR dengan perolehan suara tidak mencapai 2 %. Artinya PK tidak lulus electoral threshold, sehingga PK berubah nama menjadi PKS untuk ikut pemilu 2004.
Pada pemilu 2004, PKS mengkampanyekan diri sebagai partai yang bersih dan peduli. Hasilnya cukup memuaskan. PKS berhasil menaikkan suaranya dar 2 % menjadi 7 %. 45 orang kadernya menjabat sebagai anggota DPR RI pada periode 2004-2009. Keberhasilan PKS bisa disebabkan oleh moralitas Islam yang selalu dijunjung PKS. Kader yang anti korupsi dana ktif melakukan bakti sosial kepada masyarakat merupakan implementasi model manusia muslim yang digagas oleh Anis Matta.
Pada suatu kesempatan Anis Matta pernah mengatakan tujuan kita terjun ke politik sangat sederhana. Kita ingin memasukkan sebanyak mungkin orang-orang baik ke panggung kekuasaan. Jika kekuasaan dipegang orang-orang jahat kita tinggal menunggu kehancurannya.
Selanjutnya PKS ikut serta dalam pemerintahan. Setelah memberikan dukungan kepada SBY-JK pada pilpres 2004, 3 orang kader PKS diangkat menjadi menteri. Yaitu Menteri Pemuda dan Olah raga, Menteri Perumahan Rakyat, dan Menteri Pertanian.
Walaupun PKS adalah partai pendukukung pemerintah, namun PKS tetap menjadi mitra yang kritis terhadap SBY-JK. Terbukti PKS merupakan partai yang menolak kebijakan SBY untuk menaikkan harga BBM. Akibatnya PKS sempat dituding sebagai partai bermuka dua. Di satu sisi sebagi partai pendudkung pemerintah, namun di lain sisi menolak kebijakan pemerintah.
Hal ini dibantah oleh Anis Matta. Ia mengatakan PKS mendukung kebijakan SBY jika sesuai dengan kontrak politik yang telah disepakati sebelumnya. Jika SBY melanggar kontrak politik, PKS pun besikap kritis. PKS hanya setia kepada agenda, bukan setia kepada figur.
Menghadapi pemilu 2009, PKS menargetkan perolehan suara 20 %. Untuk mencapai target tersebut PKS mulai membidik suara di luar konstituen Islam modernis. PKS ingin melakukan ekspansi terhadap pemilih islam tradisonal, kaum nasionalis sekular, bahkan non muslim. Untuk itu PKS melakukan manuver sebagai partai terbuka pada mukernas di Bali beberapa waktu yang lalu. Selain itu, dalam berbagai kesempatan elit politik PKS mulai memberikan isu kepemimpinan kaum muda dan manghilangkan sekat-sekat ideologis.
PKS ingin mengatakan bahwa keberhasialan sutau pemerintahan ditentukan oleh profesionalitas negarawan, bukan oleh konflik ideologi. PKS mengajak untuk rekonsisliasi nasional melalui iklan politik pahlawan dan guru bangsa. Walaupun iklan politik tersebut menuai kontroversi karena mengikutsertakan Soeharto, penguasa orde baru.
Mengenai hal ini Anis Matta berpendapat bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia tidak melihat sejarah dengan dendam. Apa yang baik di masa lalu kita ambil, dan apa yang buruk kita tinggalkan.
*Mahasiswa Ilmu Politik (Konsentrasi Hubungan Internasional) UMJ
“Terkadang, seseorang dipuji karena meninggalkan sebagian perbuatan dosa berupa bid’ah dan asusila. Akan tetapi, sekalipun demikian kadang tercabut apa yang dipuji oleh selainnya meskipun dia tetap melakukan sebagian perbuatan baik yang sesuai dengan sunnah. Maka inilah metode muwazanah dan keadilan. Barangsiapa yang menapakinya, maka ia telah menegakkan keadilan yang Allah Ta’ala turunkan padanya Kitab dan mizan”.[17]
Sebagai contoh dari apa yang kami katakan, penerapan prinsip tersebut oleh para ulama Robbani:
Ketika Syaikh Al-Albany ditanya tentang Sayyid Qutb, beliau menjawab: “Kami yakin bahwa Sayyid Qutub –rahimahullah- tidaklah bermanhaj salafy pada sebagian besar dari fase kehidupannya. Akan tetapi nampak pada dirinya kecondongan yang begitu kuat kepada Manhaj Salafy pada akhir-akhir kehidupannya saat ia mendekam di dalam penjara. Salafiyah bukan hanya sekedar pengakuan, akan tetapi yang dituntut padanya adalah pengetahuan akan al-kitab, Sunnah Sahihah dan atsar salafiyah….”.[18]
Dan dalam muqoddimah buku beliau ‘ghoyatul maram’ yang mentakhrij hadits-hadits dalam buku ‘al-halal-wal haram’[19] tulisan DR. Yusuf Qordhowy, beliau juga menerapkan manhaj ini..
Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary, murid senior Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam buku beliau “Ilmu Ushul al-Bida’”, menukil perkataan Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawi kala menjelaskan Kaidah Pertama pada hal. 69.
Dalam risalah magisternya, Syaikh Fauzan hafidzahulloh dibawah bimbingan Syekh Abdurrozzaq ‘Afify yang berjudul “At-Tahqiqot Al-Mardhiyyah fil Masail al-fardhiyyah”, beliau menjadikan tafsir “Dzilal” Sayyid Qutb rahimahulloh sebagai salah satu referensi.
Mufti Kerajaan Saudi Arabiyah, Syaikh al-Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafidzahullah- berkata: “Kitab tafsir Fi Dzilal al-Qur’an” (buah karya Sayyid Qutb rahimahulloh), adalah kitab yang bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar al-Qur’an ini dijadikan sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat al-Qur’an yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya…Di sana ada orang yang mengkritik sebagian istilah yang terdapat dalam kitab ini. Namun, sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan Sayyid Qutb dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan di atas gaya bahasa pembacanya. Inilah sebetulnya yang tidak dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Qutb”.[20]
Sebagai contoh dari apa yang kami katakan, penerapan prinsip tersebut oleh para ulama Robbani:
Ketika Syaikh Al-Albany ditanya tentang Sayyid Qutb, beliau menjawab: “Kami yakin bahwa Sayyid Qutub –rahimahullah- tidaklah bermanhaj salafy pada sebagian besar dari fase kehidupannya. Akan tetapi nampak pada dirinya kecondongan yang begitu kuat kepada Manhaj Salafy pada akhir-akhir kehidupannya saat ia mendekam di dalam penjara. Salafiyah bukan hanya sekedar pengakuan, akan tetapi yang dituntut padanya adalah pengetahuan akan al-kitab, Sunnah Sahihah dan atsar salafiyah….”.[18]
Dan dalam muqoddimah buku beliau ‘ghoyatul maram’ yang mentakhrij hadits-hadits dalam buku ‘al-halal-wal haram’[19] tulisan DR. Yusuf Qordhowy, beliau juga menerapkan manhaj ini..
Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary, murid senior Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam buku beliau “Ilmu Ushul al-Bida’”, menukil perkataan Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawi kala menjelaskan Kaidah Pertama pada hal. 69.
Dalam risalah magisternya, Syaikh Fauzan hafidzahulloh dibawah bimbingan Syekh Abdurrozzaq ‘Afify yang berjudul “At-Tahqiqot Al-Mardhiyyah fil Masail al-fardhiyyah”, beliau menjadikan tafsir “Dzilal” Sayyid Qutb rahimahulloh sebagai salah satu referensi.
Mufti Kerajaan Saudi Arabiyah, Syaikh al-Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafidzahullah- berkata: “Kitab tafsir Fi Dzilal al-Qur’an” (buah karya Sayyid Qutb rahimahulloh), adalah kitab yang bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar al-Qur’an ini dijadikan sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat al-Qur’an yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya…Di sana ada orang yang mengkritik sebagian istilah yang terdapat dalam kitab ini. Namun, sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan Sayyid Qutb dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan di atas gaya bahasa pembacanya. Inilah sebetulnya yang tidak dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Qutb”.[20]